Minggu, 10 Mei 2009

Hidup Ideal Dalam Islam

POLA HIDUP YANG IDEAL DALAM ISLAM

Romantika dan probelematika kehidupan di dunia yang harus dihadapi oleh setiap orang berfariasi. Keragaman tersebut sesuai dengan tingkat kadar kemapanan keimanan, keilmuan dan kemapanan emosional. Demikian juga pola dan cara masing-masing untuk menyikapi gejolak kehidupan tersebut. Hanya dengan berpanduan pada tali (agama) Allahlah kehidupan ideal secara hakiki dapat tergapai, tanpanya (ajaran Islam semua menjadi semu bahkan mengejar fotamorgana.
Setiap orang yang lahir kedunia ini harus menjalani hidup dan kehidupan untuk menuju titik akhir, menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini dapat diibaratkan seperti menyeberangi lautan lepas yang sangat dalam dengan gelombang ganas silih berganti menghantam, sehingga banyak orang yang tenggelam didalamnya tidak sampai pada tujuan yang dituju dan diharapkan dengan selamat dan setonsa. Oleh karena itu dalam menempuh hidup dan kehidupan ini harus ada sesuatu pedoman yang jelas baik tujuan yang ingin di capai maupun yang ditempuh untuk sampai ketitik harapan yang di tunggu. Karena itu muncullah berbagai teori dan ajaran untuk menjalani hidup dan kehidupan ini. Lahirlah teori kapitalis, sosialis dan komunis dan lain-lain sebagainya. Bahkan bagi orang-orang primitif hidup mereka berpedoman dan mempunyai pola hidup sesuai dengan pengaruh alam di mana mereka berada.
Kalau kita lihat dari kacamata agama-agama langit yang di sampaikan oleh para rasul yang silih berganti yang berakhir dengan datangnya risalah Nabi Muhammad s.a.w. Dengan kitabnya Al-Quran yang masih utuh hingga saat sekarang ini. Pola hidup dan kehidupan dalam Islam jelas sekali, baik tujuan maupun tata caranya. Tujuan hidup menurut ajaran Islam adalah kehidupan akhirat yang abadi setelah kehidupan dunia yang hanya sementara ini, tertapi tanpa melalui kehidupan dunia tidak akan ada kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat berpangkal pada kehidupan dunia, sebagaimana kehidupan dunia akan berujung dengan kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat itu merupakan kehidupan abadi, maka Islam menyuruh umatnya untuk mencari bekal demi sebuah kehidupan yang hakiki nan abadi dengan tanpa melupakan kehidupan dunia. Dalam al-Quran Allah s.w.t berfirman “ Carilah olehmu apa yang akan diberikan oleh Allah s.w.t di akhirat, tapi jangan lupa terhadap nasibmu di dunia ini, berbuat baiklah kamu (dalam hidup dipermukaan bumi ini) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kamu, janganlah kamu melakukan pengrusakan di muka bumi ini, sesungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al-Qasash: 77). Dari ayat di atas jelaskan bahwa tujuan akhir dari hidup dan kehidupan dunia ini adalah kehidupan akhirat. Dalam menjalani kehidupan dunia harus dengan perbuatan-perbuatan yang baik, karena perbuatan yang baik akan memberikan imbalan yang baik pula sejak didunia begitu pula di akhirat kelak yang akhirnya dimasukan kedalam surga.
Demikian pula sebaliknya orang yang berbuat jelek yang jelas akan memberi akibat yang jelek pula baik di dunia maupun diakhirat kelak yang pada akhirnya dimasukkan ke dalam neraka sebagai azab yang sangat pedih. Allah Berfirman: ”Siapa saja yang melakukan perbuatan yang baik, niscaya ia akan memperoleh balasan yang baik pula (baik di dunia, maupun di akhirat) begitu pula barang siapa yang berbuat kejahatan akan menanggung akibatnya (baik di dunia, maupun di akhirat kelak) (QS. Hamim as-Sajadah: 46). Al-Quran mengingatkan “Demi masa sesungguhnya semua manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan diiringi dengan amal-amal saleh, saling mengingatkan untuk menegakkan kebenaran, dan saling mengingatkan agar tabah dan sabar menghadapi cobaan dan tantangan” ( Al-Ashri: 1-3).
“Siapa saja yang beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Kami akan memberikan kepadanya kehidupan di dunia yang baik dan akan memberikan kepadanya balasan di akhirat, lebih baik dari apa yang dilakukan semasa hidupnya di dunia (An-Nahl: 97.
Amal shalih adalah semua perbuatan yang mendatangkan manfaat dan terhindar dari hal-hal yang memberikan mudharat, baik untuk pribadi maupun orang lain ataupun lingkungannya. Ukuran baik dan buruk adalah sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya bukan rasio atau akal manusia, karena manusia sekali-kali tidak akan dapat menemukan kebaikan yang sebenarnya sebagaimana yang Allah kehendaki. Karena apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya tersebut akan membawa kepada kebaikan kepada manusia. Begitu pula sebaliknya apa saja yang dilarang, bila dikerjakan akan mendatangkan kemudharatan.
Allah menciptakan manusia yang berasal dari tanah dari bumi ini, karenanya Allah menyuruh manusia memakmurkan bumi sebagai tempat asalnya (QS. Hud: 61). Allah SWT menjadikan semua yang ada di bumi ini untuk kebutuhan hidup manusia (QS. Al-Baqarah: 29). Bahkan Allah menundukkan matahari dan bulan, malam dan siang untuk kepentingan manusia (QS. Ibrahim: 33). Pola hidup dan kehidupan dalam Islam harus berimbang antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial, antara kebutuhan lahir dengan kepuasan batin, antara ibadah kepada Allah dengan mu’amalah sesama manusia, antara kepentingan hidup di dunia dan kepentingan hidup di akhirat. “bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok” (Atsar). “tidak sempurna iman seseorang kamu, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (al-Hadits). “tidak terhitung seseorang itu baik orang yang meninggalkan dunianya untuk akhirat, dan yang meninggalkan kepentingan akhirat untuk memenuhi kepuasan hidup di dunia”. (al-Hadits). Tetapi yang baik adalah orang yang dapat menseimbangkan antara kepentingan keduanya.
Memang Allah Swt. menyuruh manusia memakmurkan bumi ini dan menikmati segala isinya yang telah disediakan, kemudian Allah menganugerahkan naluri kepada manusia untuk mendorong manusia bergerak dan berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan aturan dan undang-undang yang telah ditetapkan-Nya. Serta diingatkan bahwa sebaik-baik tempat kembali adalah apa yang ada di sisi-Nya. Bila manusia melampaui batas dan melanggar undang-undang Allah untuk memenuhi kebutuhan nalurinya di sanalah timbulnya kecelakaan dan malapetaka baik untuk dirinya maupun untuk orang lain dan juga alam sekitarnya. Allah berfirman “telah dihiasi pada diri manusia itu mencintai keinginan-keinginan kepada para wanita, anak-anak, harta benda yang melimpah dari emas dan perak, kendaraan yang mengkilap, binatang-binatang ternak dan kebun-kebun yang indah. Itu semua merupakan perhiasan hidup di dunia dan kepada Allah sebagus-bagus tempat kembali” (QS. Ali-Imran: 14) “dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus dan lempang (yaitu agama Islam), maka gunakanlah jalan tersebut (dalam hidupmu) dan janganlah kamu lalui dan ikuti jalan-jalan yang lain yang akan menyesatkan kamu dari jalan-Nya yang benar. Yang demikian itu merupakan wasiat Allah kepadamu agar kamu selamat (baik hidup di dunia maupun di akhirat kelak)” (QS. Al-An’am: 153).
Akhirnya marilah sedikit demi sedikit kita sempurnakan pelaksanaan Syari’at Islam pada diri kita masing-masing, keluarga, masyarakat dan pemerintah kita. Pembekalan dan pencerahan rohani harus dimulai sejak dini dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan kita. Pola hidup ideal yang Allah gariskan dan Rasulullah tauladankan harus menjadi warna dan mewarnai kehidupan setiap pribadi muslim, sehingga syari’at Islam akan berjaya dan menjadi rahmatan lil’alamin. Di samping itu marilah kita wujudkan sifat uswah pada generasi kita agar diikuti oleh generasi selanjutnya. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan dan hidayah kepada kita semua dalam menjalankan syari’at-Nya amiin ya rabbal’alamin

Tidak ada komentar: