Minggu, 10 Mei 2009

Cerita Abu Nawas

Membangun Istana di Awang-Awang
Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersama seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas lebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaanya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas temyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

"Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku lebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?"
"Tidak ada yang tidak mungkin diiakukan di dunia ini Paduka yang mulia." kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.
"Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu." kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. Ia menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali. Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan.

Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas. Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pemah bermain layang-layang. Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Ia bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-omamen lainnya. Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.

Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar. Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas. Abu Nawas berkata dengan bangga.

"Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung."

"Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas." kata Baginda memuji Abu Nawas.
"Terima kasih Baginda yang mulia." kata Abu Nawas.
"Lalu bagaimana caranya aku ke sana?" tanya Baginda.
"Dengan tambang, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.
"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat." kata Baginda tidak sabar.
"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun." kata Abu Nawas.
"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda.
"Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia." kata Abu Nawas dengan bangga.
"Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa,terbang ke sana." kata Baginda. "Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot. "Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu." jawab Abu Nawas tangkas.

"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi. "Baginda tahu bahwa. membangun istana di awang-awang.adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjkannya, sedangkan hamba tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan. Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu." kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambil memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

"Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel. "Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku." jawab Abu Nawas tanpa ragu.

Membalas Kelakuan Raja
Kisah ini disadur bebas dari buku Abu Nawas yang saya beli di Masjid Agung Rangkasbitung, Lebak, Rabu 4 Oktober 2006 lalu, usai salat zuhur. Buku ini sangat lumayan karena mengupas kepintaran, kecerdasan, kekonyolan, kegilaan dan kearifan seorang Abu Nawas. Tokoh yang hidup semasa Khalifah Harun Al Rasyid ini sangat pintar berkelit dari masalah-masalah yang dihadapinya. Kadang-kadang dengan cara aneh dan penuh humor, tapi kadang-kadang nakal dan “keterlaluan”. Salah satunya kisah berikut:
Suatu hari khalifah Harus Al Rasyid tiba-tiba menyuruh tentara membongkar rumah Abu Nawas. penyebabnya, khalifah bermimpi di bawah rumah itu ada timbungan emas sangat banyak. Tanpa izin dari empunya rumah, tentara langsung menggali tanah. Namun meski sudah dalam, emas yang dikira ada itu ternyata tak juga diketemukan. Lantas para tentara itu pulang dan menimbulkkan kerusakan di rumah Abu Nawas.
Tentu saja Abu Nawas sangat geram diperlakukan demikian. Apalagi tak ada kata maaf dari khalifah. namun untuk membalas pun, Abu Nawas tak bisa secara langsung. Berhari-hari dia berpikir. Akhirnya pada hari ketujuh, muka Abu Nawas yang sejak pembongkaran rumahnya itu kecut, langsung berubah berseri-seri.
Segera dia menghadap ke istana. Khalifah pun mau menerima karena sudah yakin Abu Nawas akan datang. Selain itu, keduanya pun kerap bertemu. Di depan khalifah, dia mengutarakan maksud kedatangannya.
“Paduka, saya dan istri saya merasa tidak nyaman akhir-akhir ini,” kata dia seraya membawa wadah yang ditutup kain dan berisi lalat.
“Kenapa,” tanya khalifah.
”Setiap hari saya diganggu lalat-lalat. Saya ingin membasmi lalat dan membunuhnya tapi hamba mohon diberi ’surat kuasa” yang ditandatangani paduka.
Tanpa banyak bicara, khalifah segera menandatangani surat tersebut dan diberikan kepada Abu Nawas. Begitu yakin telah mendapat mandat, Abu Nawas pun membuka wadah yang dibawanya dan sekejap saja lalat-lalat berterbangan di ruangan khalifah.
Abu Nawas yang memang sudah mempersiapkan rencananya untuk membalas kelakuan khalifah tempo hari segera berlarian mengejar lalat-lalat tersebut. Dengan memegang tongkat kayu, dipukulah lalat-lalat yang beterbangan itu. Ketika lalat menempel di kaca, Abu Nawas pun tak ragu menghantamnya. Tentu saja kaca itu hancur. Lalat yang hingga di lampu dan perabotan pun dihajarnya walau pun tak kena, namun merusak perkakas di ruang tersebut. Bahkan tempayan kesayangan khalifah pun dia hantam hingga hancur gara-gara dihinggapi lalat.
Setelah ruangan itu berantakan, Abu Nawas pun pamit pulang dengan rasa puas karena dendamnya terbalas. Sedangkan khalifah yang menyadari kesalahannya tempo hari tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi dia sudah memberikan surat kuasa kepada Abu Nawas.
Sayangnya, buku yang saya beli cuma Rp 5000 itu tertinggal di ponpes Al Mubasyirin, Sajira Mekar, Sajira, Lebak, ketika datang memberikan ceramah tentang peranan pemuda Banten untuk mewujudkan Banten Cerdas. Untung saja, buku itu sudah saya baca seluruhnya.

Tokoh Bloon
Seorang tokoh masyarakat yang terpandang karena pengaruhnya suatu saat diminta memberikan sambutan dalam acara resmi. Tokoh ini dikenal tidak terlalu cerdas namun sering memakai istilah bahasa yang tidak pas pemakaiannya. Untuk menghindari kesalahan, pembantunya selalu mengingatkan bila dia salah menyebut suatu kata atau istilah. Salah satunya begini :
Tokoh :
“Saudara-saudara, daerah kita ini daerah yang kaya. Hasil buminya melimpah. Bila kita
sudah bisa mendatangkan investor dari luar, pasti banyak yang bisa kita bangun,”Warga :
Contohnya apa pak yang bisa kita bangun?
Tokoh :
Kita bisa bikin jembatan, pelabuhan, supermarket, pabrik mobil, pabrik tivi, pabrik tektil (tanpa huruf s) dan…..
Pembantu : (sambil berbisik)
Pak….kurang s, pak….
Tokoh :
Oiya…pabrik es juga…
Pembantu :
????

Wanita Dulu apa Uang Dulu
Sejak jaman kuliah sampai masuk dunia kerja sekarang, pertanyaan ini terus diajukan oleh teman-teman. Tentu khusus untuk yang masih bujangan alias yang belum menikah. Ada yang menjawab, tapi ada juga yang diam. Seolah-olah tak penting. Ada pula yang serius menjawab, namun tak sedikit yang bergurau.
Saya semula tak tertarik membicarakannya. Ibarat filsafat air, saya ingin mengalir begitu saja. Toh bila sudah sampai pada kebutuhan, bakal muncul sendiri keinginan untuk memutuskannya. It depends on circumstance lah… Lagian dari teman-teman yang nulis di Tag Board, juga pada nyinggung-nyinggung masalah ini.
Gampangnya, perlu dipetakan dulu dua kelompok dalam masalah ini. Pertama kelompok yang memilih wanita dulu. Mereka nih punya alasan, makin tua kita mencari wanita (jodoh), kesempatannya makin kecil. Lagipula, kalau sudah suka, kenapa mesti ditahan-tahan? Kan bikin susah diri sendiri jadinya. Ada lagi yang beralasan mengikuti sunah nabi atau anjuran agama, biar tak terjebak dalam perbuatan dosa.
Kalau kelompok kedua juga punya alasan yang kuat. Walau tak mau disebut mengejar duniawi semata, mereka beralasan uang (atau karir) bisa menjadi batu loncatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Pokoknya kalau banyak pengalaman kerja, punya tabungan banyak, sedikit banyak membantu satu pilar ketika membangun rumah tangga nantinya. Tanpa uang, rumah tangga juga bakalan runtuh. Toh, istri tetap harus diberi makan dengan beras bukan dengan cinta.
Trus, saya sendiri gimana? Wanita dulu atau uang dulu? Bukan mau memihak, tapi saya memang memilih yang kedua. Alasannya? Nah, ini yang harus dibaca dengan cermat. Alasannya pun tak sama dengan yang disebut di atas. Sepele banget. Begini nih….Kalau wanita dulu, jaman sekarang sudah uzur alias sudah jadi nenek-nenek. Masa sih, disuruh milih nenek-nenek, yang muda kan banyak. Lantas kalau uang dulu? Jelas uang dulu lebih berharga. Maksudnya, uang dulu itu sekarang kan langka. Ia jadi barang antik. Banyak kolektor yang nyari. Malah kalau bisa punya uang dulu jaman Majapahit atau jaman VOC, wui….h, nilai sejarahnya itu lho….Mantap kan he he


Antara mata dan hati
”Mata adalah panglima hati. Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya. Meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang". Demikian potongan nasihat Imam Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya Ulumuddin.
Beliau memberi wasiat agar tidak menganggap ringan masalah pandangan. Ia juga mengutip bunyi sebuah sya’ir, "Semua peristiwa besar awalnya adalah mata. Lihatlah api besar yang awalnya berasal dari percikan api."
Hampir sama dengan bunyi sya’ir tersebut, sebagian salafushalih mengatakan, "Banyak makanan haram yang bisa menghalangi orang melakukan shalat tahajjud di malam hari. Banyak juga pandangan kepada yang haram sampai menghalanginya dari membaca Kitabullah."
Saudaraku,
Semoga Allah memberi naungan barakahNya kepada kita semua. Fitnah dan ujian tak pernah berhenti. Sangat mungkin, kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Tapi belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara pandangan mata. Padahal, seperti diungkapkan oleh Imam Ghazali tadi, orang yang keliru menggunakan pandangan, berarti ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberi banyak pengaruh pada hati.
Menurut Imam Ibnul Qayyim, mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan pengikut. Yang pertama, mata, memiliki kenikmatan pandangan. Sedang yang kedua, hati, memiliki kenikmatan pencapaian. "Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing akan saling mecela dan mencerai," jelas Ibnul Qayyim. Pemenuhan hasrat pencapaian seringkali menjadi dasar motivasi yang menggebu-gebu untuk mendapatkan atau menikahi seseorang. Padahal siap nikah dan siap jadi suami/istri adalah dua hal yang berbeda. Yang pertama, nuansa nafsu lebih dominan; sedangkan yang kedua, sarat dengan nuansa amanah, tanggung-jawab dan kematangan.
Saudaraku,
Simak juga dialog imajiner yang beliau tulis dalam kitab Raudhatul Muhibbin: "Kata hati kepada mata, "kaulah yang telah menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dan kebun yang tak sehat. Kau salahi firman Allah, "Hendaklah mereka menahan pandangannya". Kau salahi sabda Rasulullah saw, "Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut pada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman padanya, yang akan didapati kelezatan dalam hatinya." (HR.Ahmad)
Tapi mata berkata kepada hati, "Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau tunjukkan. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula. Dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati " (HR. Bukhari dan Muslim). Hati adalah raja. Dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik maka baik pula pasukannya. Jika rajanya buruk, buruk pula pasukannya. Wahai hati, jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah kebaikanmu . Sumber bencana yang menimpamu adalah karena engkau tidak memiliki cinta pada Allah, tidak suka dzikir kepada-Nya, tidak menyukai firman, asma dan sifat-sifatNya. Allah berfirman, "Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada". (QS.AI-Hajj:46)
Saudaraku,
Banyak sekali kenikmatan yang menjadi buah memelihara mata. Coba perhatikan tingkat-tingkat manfaat yang diuraikan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Al-Jawabul Kafi Liman Saala Anid Dawa’i Syafi. "Memelihara pandangan mata, menjamin kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat. Memelihara pandangan, memberi nuansa kedekatan seorang hamba kepada Allah, menahan pandangan juga bisa menguatkan hati dan membuat seseorang lebih merasa bahagia, menahan pandangan juga akan menghalangi pintu masuk syaithan ke dalam hati.
Mengosongkan hati untuk berpikir pada sesuatu yang bermanfaat, Allah akan meliputinya dengan cahaya. Itu sebabnya, setelah firmanNya tentang perintah untuk mengendalikan pandangan mata dari yang haram, Allah segera menyambungnya dengan ayat tentang "nur", cahaya. (Al-Jawabul Kafi, 215-217)
Saudaraku,
Perilaku mata dan hati adalah sikap tersembunyi yang sulit diketahui oleh orang lain, kedipan mata apalagi kecenderungan hati, merupakan rahasia diri yang tak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah swt, "Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati ". (QS. Al-mukmin:l9). Itu artinya, memelihara pandangan mata yang akan menuntun suasana hati, sangat tergantung dengan tingkat keimanan dan kesadaran penuh akan ilmuLlah (pengetahuan Allah) . Pemeliharaan mata dan hati, bisa identik dengan tingkat keimanan seseorang.
Saudaraku,
Dalam sebuah hadits dikisahkan, pada hari kiamat ada sekelompok orang yang membawa hasanat (kebaikan) yang sangat banyak . Bahkan Rasul menyebutnya, kebaikan itu bak sebuah gunung. Tapi ternyata, Allah swt tak memandang apa-apa terhadap prestasi kebaikan itu. Allah menjadikan kebaikan itu tak berbobot, seperti debu yang berterbangan. Tak ada artinya. Rasul mengatakan, bahwa kondisi seperi itu adalah karena mereka adalah kelompok manusia yang melakukan kebaikan ketika berada bersama manusia yang lain. Tapi tatkala dalam keadaan sendiri dan tak ada manusia lain yang melihatnya, ia melanggar larangan-larangan Allah (HR. Ibnu Majah)
Kesendirian, kesepian, kala tak ada orang yang melihat perbuatan salah, adalah ujian yang akan membuktikan kualitas iman. Di sinilah peran mengendalikan mata dan kecondongan hati termasuk dalam situasi kesendirian, karena ia menjadi bagian dari suasana yang tak diketahui oleh orang lain, "Hendaklah engaku menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya yakinilah bahwa Ia melihatmu". Begitu pesan Rasulullah saw. Wallahu’alam.
Abunawas Menjadi Penjahit
Ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah toko jahit.

Suatu hari majikannya datang membawa satu kendi madu dan karena kuatir madu tersebut diminum oleh Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, "Abu, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya!!!"

Sang majikan pun pergi keluar, pada saat itu Abu Nawas menjual sepotong pakaian, kemudian menggunakan uangnya untuk membeli roti dan menghabiskan madu itu dengan rotinya.

Majikannya pun datang dan sadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Bertanya dia pada Abu Nawas, "Abu!!! Apa sebenarnya yang telah terjadi..?".

Abu Nawas menjawab, "Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu...".

Kecerdikan Abu Nawas
Pada suatu hari Sultan merasa sungguh “boring n bete
abis”, jadi dia Tanya Bendahara, “Bendahara, siapa orang
yang paling pandai saat ini?”
“Abunawas” jawab Bendahara. Sultan pun manggil
Abunawas n baginda bertitah : “Kalau kamu pandai,
cobabuat satu cerita seratus kata tapi setiap kata mesti
dimulai dengan huruf ‘J’.
Terperanjat Abunawas, tapi setelah berfikir, diapun
mulai bercerita:
Jeng Juminten janda judes, jelek jerawatan, jari
jempolnya jorok. Jeng juminten jajal jualan jamu
jarak jauh Jogya-Jakarta. Jamu jagoannya: jamu jahe.
“Jamu-jamuuu. .., jamu jahe-jamu jaheee…!”
Juminten jerit-jerit jajakan jamunya, jelajahi jalanan.
Jariknya jatuh, Juminten jatuh jumpalitan. Jeng
Juminten jerit-jerit: “Jarikku jatuh, jarikku
jatuh…”. Juminten jengkel, jualan jamunya
jungkir-jungkiran, jadi jemu juga.
Juminten jumpa Jack, jejaka Jawa jomblo, juragan
jengkol, jantan, juara judo. Jantungnya Jeng
Juminten janda judes jadi jedag-jedug. Juminten janji jera
jualan jamu, jadi julietnya Jack.
*Jeringatan : Jangan joba-joba jikin jerita jayak
jini jagi ja…!!! JUSAH…!!!*

Abunawas Bunuh Diri
Ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian. Suatu hari majikannya datang membawa satu kendi madu dan karena kuatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, "Abu, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya!!!"

Sang majikan pun pergi keluar, pada saat itu Abu Nawas menjual sepotong pakaian, kemudian menggunakan uangnya untuk membeli roti dan menghabiskan madu itu dengan rotinya.

Majikannya pun datang dan sadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Bertanya dia pada Abu Nawas, "Abu!!! Apa sebenarnya yang telah terjadi..?".

Abu Nawas menjawab, "Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu...". (kapanlagi.com/dar

Tiga Orang Gila dan Polisi
Suatu hari ada tiga orang laki-laki yang sedang duduk di atas sebuah tembok. Orang yang paling kiri dan yang paling kanan sedang melakukan gerakan seperti sedang memancing ikan, sedangkan yang tengah hanya melamun. Selanjutnya...

Maling Dilarang Masuk
Suatu malam, seorang pencuri junior kaget memasuki sebuah komplek perumahan. Di sana tertulis larangan berbunyi, "DILARANG MASUK KECUALI MALING!"
Efisiensi Waktu
Seorang pria sedang asyik makan di sebuah restauran. Setelah makan beberapa saat, dirinya memperhatikan sesuatu yang aneh pada setiap pelayan yang berlalu-lalang di sekitarnya. Keanehan terlihat pada setiap saku pelayan, yang selalu terselip sepasang sendok dan garpu. Sedangkan pada setiap pelayan pria, di resleting celana mereka terdapat sebuah benang yang menjuntai dan di ujungnya diikat pada ikat pinggang.
Perasaan Ibu Saja
Suatu hari ada seorang ibu sedang nunggu angkutan kota, ketika angkot tersebut datang, ibu itu langsung duduk di depan samping pak sopir. Tidak berapa lama ibu tersebut merasakan kalau dia ingin buang air besar.
Mandi di Sungai Amazon
Suatu sore ada seorang turis yang hendak mandi di muara sungai Amazon, bertanya pada seorang anak kecil yang sedang memancing di tepi sungai. "Hey, di sungai ini tidak ada ikan piranhanya kan?", tanya turis tersebut.
Fasilitas Toilet Pesawat
Seorang pria yang sedang mengadakan perjalanan dengan pesawat terbang tiba-tiba ingin buang air. Akan tetapi setiap kali pergi ke toilet, selalu saja toilet itu ada orang di dalamnya. Seorang pramugari melihat keadaan ini, lalu menganjurkan untuk menggunakan toilet wanita, dengan catatan tidak menekan tombol-tombol yang ada di dekat toilet tersebut.
Bisnis Orang Sukses
Emil Syarif Al-Lahdji adalah seorang pengusaha keturunan Arab yang kaya raya. Suatu hari seorang teman lamanya bernama Arif Prajoko berniat bertemu dirinya untuk menawarkan sebuah bisnis. Arif dikabarkan juga telah sukses sebagai seorang konsultan multi level marketing (MLM). Selanjutnya...

Pedagang Asongan
Ada seorang pedagang yang biasa mangkal di terminal. Pada suatu hari pedagang itu dikeroyok oleh kondektur dan supir angkutan karena berontak dan tidak terima dilarang berdagang di atas Bus. Lalu ada polisi datang menghampiri keributan itu. Pedagang itu pun dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Selanjutnya...

Tidak ada komentar: